Menjadi Wartawan di Citizen Journalism

Dengan hadirnya jurnalistik online, kini setiap orang bisa menjadi wartawan. Setiap orang bisa membuat dan menyebarkan hasil karya jurnalistik dan disebut citizen journalism.

Citizen journalism ini dapat didefinisikan sebagai praktik jurnalistik yang dilakukan oleh orang biasa, bukan seorang wartawan yang bekerja di sebuah media. Kehadiran blog dan media social inilah yang membuat semua orang bisa menjadi wartawan.

J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen journalism ke dalam enam tipe:
  1. Audience participan: seperti komentar user yang di attach pada berita, blog-blog pribadi, foto, atau video.
  2. Independent News and Information Website: situs web berita atau informasi independen seperti Consumer Reports, Drudge Report yang terkenal dengan "Monicatage"-nya.
  3. Full-fledged participatory news sites: situs berita partisipatoris murni atau situs kumpulan berita yang murni dibuat dan dipublikasikan oleh warga seperti OhmyNews, NowPublic, dan GroundReport.
  4. Collaborative and contributory media sites: situs media kolaburatif seperti Slashdot, Kuro5hin, dan Newsvine.
  5. Other kinds of "thin media": bentuk lain dari media "tipis" seperti mailing lists dan newsletter e-mail.
  6. Personal broadcasting sites: situs penyiaran pribadi seperti KenRadio.

Citizen journalism turut mengembangkan "media baru" (new media) dengan bermunculannya blog-blog pribadi yang juga bisa tampil layaknya situs berita.Citizen journalism ini telah melahirkan sejumlah "media indi" (indymedia), yaitu media alternatif dan berusaha memfasilitasi masyarakat untuk dapat mempublikasikan informasi yang mereka miliki.

Jurnalistik online oleh rakyat ini terus berkembang berkat fasilitas media sosial yang bermunculan, seperti weblog, ruang chatting (chat room), wiki, dan mobile computting.

Namun, salah satu tantangan yang dimiliki oleh citizen journalism ini adalah soal akurasi, kredibilitas, dan ketaatan pada kode etik jurnalistik.Hal ini disebabkan karena warga merasa bukan wartawan. Sehingga yang ia tulis di blognya tidak merasa harus manaati kode etik pemberitaan, kode etik jurnalistik, juga tidak memiliki "standar prosedur" sehingga menurunkan kredibilitas berita yang disampaikannya.

Dari sisi citizen journalism inilah kelemahan utama jurnalistik online, yakni aspek kredibilitas ditambah akurasi terutama penulisan kata (bahasa jurnalistik). Dari segi bahasa, citizen journalism "tidak terikat" dengan kaidah bahasa, soal baku dan tidak baku. Karena lazimnya citizen journalism seperti blogger menggunakan bahasa tutur atau seenaknya

Related Post



Unknown mengatakan...

Oke

Posting Komentar